Pelajaran 8
SYARAT-SYARAT WUDHU
Wudu akan sah dengan syarat-syarat di bawah ini.
Tentu-nya, dengan kurangnya salah satu dari mereka, wudu sese-orang menjadi
tidak sah.
Syarat-syarat Wudu
1.
Syarat-syarat air dan tempat air:
a.
Air wudu harus suci (tidak najis).
b.
Air wudu harus mubah; bukan hasil rampasan (gha-sab).*
c.
Air wudu harus air mutlaq (bukan air mudhaf).
d.
Tempat air wudu harus mubah, bukan barang ram-pasan (ghasab).
e.
Tempat air wudu bukan dari emas dan perak.
2.
Syarat-syarat anggota wudu:
a.
Harus suci.
b.
Tidak ada penghalang yang menghalangi sampainya air ke
anggota.
3.
Syarat-syarat cara berwudu:
a.
Menjaga tertib (keteraturan dan urutan antaramalan wudu
sebagaimana telah kita simak dalam amalan-amalan wudu).
b.
Menjaga muwalat (di antara amalan-amalan wudu
tidak ada renggang waktu sehingga merusak keu-tuhan dan kesatuan wudu).
c.
Mengerjakan wudu sendiri dan secara langsung (tidak
meminta tolong orang lain).
4.
Syarat-syarat pelaku wudu:
a.
Dia tidak berhalangan untuk menggunakan air.
b.
Berniat wudu untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt.
(bukan niat riya).
Syarat-syarat Air Wudu dan Tempatnya
1.
Tidak sah berwudu dengan air najis dan air mudhaf,
baik pelaku tahu ataupun tidak, ataupun lupa bahwa air itu najis atau mudhaf.
[1]
2.
Air wudu harus mubah. Maka, dalam keadaan-keadaan di bawah
ini, wudu seseorang tidak sah:
a.
Berwudu dengan air yang pemiliknya tidak rela
(ketidakrelaannya bisa diketahui dengan jelas).
b.
Air tidak jelas; apakah pemiliknya rela atau tidak.
c.
Air yang diwakafkan secara khusus seperti; kolam di suatu
sekolah dan tempat wudu di sebagian hotel, losmen dan sebagainya.[2]
3.
Berwudu di sungai-sungai besar tidaklah apa-apa, walaupun
pelaku wudu tidak tahu pasti; apakah pe-miliknya rela atau tidak, akan tetapi
jika pemiliknya melarang, berdasarkan ihtiyath wajib hendaknya ia tidak
berwudu di sana.[3]
4.
Jika air wudu berada di tempat hasil rampasan (ghasab),
lalu berwudu dengannya, maka hukum wudu demikian ini tidaklah sah.[4]
Syarat-syarat Anggota Wudu
1.
Anggota wudu harus suci ketika dibasuh dan diusap.[5]
2.
Jika ada satu penghalang pada anggota wudu (anggota yang
dibasuh) sehingga menghalangi sampainya air kepadanya, atau pada anggota yang
diusap, walaupun tidak menghalangi sampainya air, maka penghalang itu harus
dihilangkan terlebih dahulu.[6]
3.
Coretan pena, bercak warna, minyak dan krem, kalau
tinggal warnanya saja tanpa zatnya, tidak dianggap sebagai penghalang air wudu.
Akan tetapi jika masih ada zatnya (dan menghalangi kulit), harus dihilangkan.[7]
Syarat-syarat Cara Berwudu
a.
Membasuh wajah
b.
Membasuh tangan kanan
c.
Membasuh tangan kiri
d.
Mengusap kepala
e.
Mengusap kaki kanan
f.
Mengusap kaki kiri
Jika tertib wudu dia atas ini tidak dijaga, wudunya tidak
sah, sekalipun kaki kanan dan kaki kiri telah diusap secara bersamaan.*
2.
Kesinambungan (Muwalat)
a.
Muwalat yaitu mengerjakan secara bersambung dan tidak ada tenggat waktu pemisah di
antara amalan-amalan wudu.
b.
Jika di antara amalan-amalan wudu terdapat tenggat waktu
pemisah—dimana ketika hendak membasuh atau mengusap satu anggota wudu,
anggota-angota wudu yang sudah dibasuh atau diusap sebelumnya telah kering—maka
wudu demikian ini tidak sah.[9]
3.
Tidak Boleh Minta Tolong Orang Lain
a.
Seseorang yang mampu berwudu, maka tidak boleh minta
tolong orang lain. Oleh karena itu, jika orang lain membasuh wajah dan kedua
tangannya atau mengusap kepala dan kakinya, wudunya tidak sah.[10]
b.
Seseorang yang tidak mampu berwudu, hendaknya mencari
pengganti agar berwudhu untuknya. Jika pengganti minta upah dan dia mampu
membayar, maka berikanlah upahnya, akan tetapi dia sendiri tetap harus niat
berwudu.[11]
Syarat-syarat Pelaku Wudu
1.
Jika seseorang tahu atau kuatir bahwa berwudu akan
membuatnya sakit, maka dia harus bertayamum. Dan jika dia tetap saja berwudu,
wudunya tidak sah. Namun, jika dia tidak tahu bahwa air berbahaya bagi dirinya
lalu dia berwudu dengannya, kemudian dia tahu bahwa air itu ternyata berbahaya
baginya, maka wudunya sah.[12]*
2.
Wudu harus dilakukan dengan niat mendekatkan diri kepada
Allah Swt. Yakni, berwudu dengan niat menger-jakan perintah Allah Swt.[13]
3.
Niat tidak harus diucapkan dengan kata-kata atau
di-lintaskan di dalam hati, bahkan sekedar sadar bahwa dirinya sedang berwudu,
ini sudah cukup. Yakni, se-kiranya dia ditanya, “Kamu sedang mengerjakan apa?”,
dia akan menjawab, “Saya sedang berwudu”.[14]
Masalah: Jika waktu salat sempit sehingga jika dia ber-wudu, seluruh atau sebagian
dari salatnya dikerjakan di luar waktunya, maka dia harus bertayamum.[15]
Kesimpulan Pelajaran
1.
Air wudu harus suci, mutlak dan mubah. Maka, hukum
berwudu dengan air najis dan air mudhaf dalam keadaan apapun tidak sah,
baik najisnya air atau mudhaf-nya air itu diketahui ataupun tidak.
2.
Berwudu dengan air ghasab, jika diketahui bahwa
air tersebut adalah air ghasab, maka wudunya tidak sah.
3.
Jika anggota wudu najis, maka wudunya tidak sah. Begitu
juga, jika terdapat penghalang yang menghalangi sampainya air ke anggota wudu.
4.
Jika tertib dan muwalat wudu tidak dijaga, maka
wudu-nya tidak sah.
5.
Seseorang yang mampu berwudu, dia tidak boleh minta
tolong orang lain dalam membasuh dan mengusap.
6.
Wudu harus dilakukan dengan niat menunaikan perin-tah
Allah Swt.
7.
Jika seseorang hendak berwudu dan akan mengakibat-kan
seluruh atau sebagian dari salat dikerjakan di luar waktunya, maka dia harus
bertayamum.
1. Seluruh marja’: air wudu dan ruangan yang dipakai untuk berwudu harus mubah (setelah
masalah Taudhih Al-Masail, masalah ke-272, syarat ketiga). Tentang
rampasan atau ghasab bisa merujuk pelajaran 45.
1. Khu’i: jika setelah berwudu,
dia tahu bahwa air itu berbahaya bagi dirinya, namun bahayanya menurut syariat
tidak sampai haram, maka wudunya sah. Gulpaigani: jika setelah berwudu
tahu bahwa air berba-haya bagi dirinya, maka berdasarkan ihtiyath wajib,
hendaknya selain berwudu juga bertayamum (masalah ke-294).
0 komentar:
Posting Komentar