Pelajaran 5 ( Hukum-hukum Air )

on Kamis, 09 Agustus 2012

Pelajaran 5
HUKUM-HUKUM AIR


Air Qalil (Sedikit)
1.       Jika air qalil bertemu dengan benda najis, maka ia men-jadi najis (misalnya, disiramkan ke permukaan benda najis (atau benda yang ternajisi) atau benda yang najis bertemu dengannya).[1]
2.       Jika air qalil yang najis dan bercampur itu bersambung dengan air kur atau air mengalir, maka ia menjadi suci. Misalnya, air qalil yang sudah najis diletakkan di bawah kran air yang bersambung dengan sumber air kur, lalu kran air tersebut dibuka sehingga bercampur dengan air qalil tersebut*.[2]


Air Kur, Air Mengalir, Air Sumur
1.       Segala macam air mutlak selain air qalil, selama bau atau warna atau rasanya tidak berubah karena benda najis, maka hukumnya suci. Dan jika bersentuhan dengan benda najis sehingga bau atau warna atau rasanya ber-ubah, maka dihukumi najis. Air-air yang memiliki hu-kum di atas tadi adalah air mengalir, air sumur, air kur, begitu juga air hujan.[3]
2.       Hukum air ledeng yang bersambung dengan sumber air kur  adalah seperti hukum air kur itu sendiri.[4]

Ciri-ciri Air Hujan
1.       Jika air hujan turun hanya sekali pada sesuatu yang najis yang sudah tidak ada benda najis padanya,* maka sesuatu itu menjadi suci.
2.       Jika air hujan turun pada karpet dan baju yang najis, karpet dan baju menjadi suci dan tidak perlu diperas.** *
3.       Jika hujan turun pada tanah yang najis, maka tanah ini menjadi suci.
4.       Mencuci sesuatu yang najis di genangan air hujan yang kurang dari satu kur, maka selama hujan masih ber-langsung dan air genangan itu tidak berubah bau, warna atau rasanya, hukum air itu adalah suci.[5]

Hukum-hukum Keraguan tentang Air
1.       Air yang ukurannya tidak jelas; apakah air kur atau bukan; jika tersentuh najis, maka ia tidak najis, akan tetapi tidak memiliki hukum-hukum air kur.
2.       Air yang ukuran sebelumnya adalah kur, tetapi sekarang diragukan; apakah sudah menjadi air qalil atau belum, maka hukumnya adalah air kur.
3.       Air yang tidak jelas; apakah suci atau najis, maka dihukumi suci.
4.       Air yang sebelumnya suci lalu diragukan; apakah masih suci atau sudah najis, maka hukumnya suci.
5.       Air yang sebelumnya najis lalu belum jelas; sudah kembali suci ataukah masih najis, maka dihukumi najis.
6.       Air yang sebelumnya adalah air mutlak lalu tidak jelas; apakah sudah menjadi air mudhaf atau masih air mutlak,  maka dihukumi tetap sebagai air mutlak.[6]

Bagaimana Sesuatu yang Ternajisi Dapat
Kembali Suci dengan Air?
Air adalah sumber kehidupan dan penyuci kebanyakan hal-hal yang ternajisi. Air terhitung sebagai penyuci yang digu-nakan oleh semua manusia dalam kehidupan sehari-hari. Sekarang, mari kita belajar bagaimana sesuatu yang ternajisi bisa menjadi suci dengan air.

Penyucian Sesuatu yang Ternajisi[7]
1.       Penyucian wadah:            
·         Dengan air kur: cukup dengan sekali siraman.
·         Dengan air qalil: tiga kali siraman.
2.  Penyucian selain wadah:
·         Najis oleh air kencing:
-    Dengan air kur: sekali.*
-    Dengan air qalil: dua kali.
·         Najis oleh selain kencing:
-    Dengan air kur: sekali.
-    Dengan air qalil: sekali.
Keterangan:
a.       Untuk menyucikan sesuatu yang (terkena) najis, per-tama-tama hilangkan benda najisnya kemudian cucilah sesuai dengan penjelasan di atas. Misalnya, wadah yang najis dan setelah benda najisnya dihilangkan; jika dicuci di air kur, maka sekali cucian saja sudah cukup.
b.      Karpet, pakaian atau apa saja yang semacamnya yang bisa menyerap air dan bisa diperas, jika menyucikannya dengan air qalil, maka setiap kali disiram hendaknya diperas sehingga air yang ada di dalamnya keluar, atau dengan cara apa saja sehingga air itu keluar. Bila me-nyucikannya dengan air kur atau dengan air mengalir, maka berdasarkan ihtiyath wajib hendaknya diperas sam-pai airnya keluar.*
c.       Hukum air mengalir dan air sumur untuk menyucikan sesuatu yang najis adalah seperti hukum air kur.

Masalah:
Cara menyucikan wadah yang najis adalah sebagai berikut:
·         Dengan air kur: masukkan ke dalamnya lalu angkat.
·         Dengan air qalil: penuhilah wadah dengan air sebanyak tiga kali lalu kosongkan. Atau siramkan air ke wadah sebanyak tiga kali, dan setiap siraman digoyangkan sedemikian rupa sehingga airnya sampai ke letak-letak wadah yang terkena najis kemudian buanglah airnya.

Kesimpulan Pelajaran
1.       Bila air qalil bersentuhan dengan najis, ia menjadi najis.
2.       Tentang air kur, air mengalir, air sumur, dan air hujan; jika bau, warna dan rasa mereka berubah karena bersen-tuhan dengan najis, maka semua air ini menjadi najis.
3.       Tentang seluruh air yang hukumnya sebagaimana hukum air kur; selama bau, warna dan rasa mereka tidak berubah karena najis, maka hukum mereka adalah suci.
4.       Air hujan bisa menyucikan, dan untuk karpet dan baju tidak perlu diperas. Dan selama bau, warna dan rasanya tidak berubah karena najis, hukumnya adalah suci.
5.       Tentang air yang tidak diketahui secara jelas; apakah air itu kur atau bukan; jika bersentuhan dengan najis, maka ia tidak menjadi najis.
6.       Air yang tidak diketahui secara jelas; apakah suci atau tidak, hukumnya adalah suci.
7.       Air tidak diketahui, apakah air mutlak atau air mudhaf? Maka dihukumi air mutlak.
8.       Seluruh barang yang najis (selain wadah) dengan sekali siraman menjadi suci, kecuali jika najisnya lantaran ter-kena kencing, maka jika menyucikannya dengan air qalil, hendaknya dicuci sebanyak dua kali.
9.       Untuk menyucikan karpet dan pakaian dan semacam-nya, maka pada setiap siraman hendaknya diperas atau dengan cara apa saja sehingga airnya keluar.




§ Taudhih Al-Masail, masalah ke-26.
·    Syarat pada penyucian air adalah bau atau warna atau rasanya harus hilang. Jika air sudah bercampur dengan bau, warna dan rasa najis,  hendaknya dicampur dengan air kur atau air mengalir sampai bau, warna dan rasanya hilang.
§ Tahrir Al-Wasilah, Jil. 1 hal 14, masalah ke-11.
·    Ibid, Jil. 1, hal. 13, masalah ke-4.
·    Taudhih Al-Masail, masalah ke-35.
·    ‘Ain najis adalah sesuatu yang dengan sendirinya najis atau zatnya najis; seperti: kencing, darah.
**Pembahasannya akan sampai dalam mencuci karpet, baju dan sema-camnya harus diperas sehingga air yang merasuk bisa keluar.
·    Ibid, masalah 37, 40, 41, 42.
·    Al-’Urwah Al-Wutsqa, Jil. 1 hal. 49; Tahrir Al-Wasilah, Jil. 1, hal. 15, masalah ke-15.
·    Taudhih Al-Masail, masalah ke-150-159-160.
o Khu’i: pakaian dan semacamnya yang najis karena terkena kencing harus dua kali diperas walaupun penyuciannya dengan air kur (masalah ke-160)
o Khu’i: harus memerasnya. Araki dan Gulpaigani: dalam air kur tidak perlu memerasnya, (masalah ke-161).  

0 komentar:

Posting Komentar